Antara Logika dan Kata Hati
RUANG BERFIKIR BEBAS
Tuhan dengan segala keagungannya melihatkan kepada kita
(manusia sosial) keagungan yang tidak terjangkau akal fikiran kita. Kita
melihat kita mendengar kita merasa dan kita menganalisa semua itu bukanlah hal
spontan yang biasa kita lakukan melainkan naluri bawaan semenjak kita terlahir
di dunia ini. Bukankah apa yang kita lakukan dimasa lampau mempunyai relasi
dengan apa yang terjadi saat ini dan apa yang kita lakukan saat ini akan menentukan apa yang akan
terjadi kelak. Jika memang seperti itu dimanakah letak Rahmat dan Hidayah
ditempatkan?. Semua itu hanyalah tidak lebih dari sugesti dari orang tua kita
dimasa lalu untuk memberikan dorongan kepada generasi-generasi penerus untuk
selalu berkiprah menebar kebaikan dan kebajikan sedini munkin.
- I. LOGIKA
Logika adalah berfikir dengan jalan yang
masuk akal tanpa mempertimbangkan unsur
yang berhubungan dengan Emosi (batin). Kita mempunyai hak berfikir bebas dan
tak terbatas namun terkadang apa yang telah kita rancang dan rencanakan diruang
logika ketika diterapkan diruang yang lebih nyata seakan hanya 50% dari
imaginasi itu terealisasikan (Fakta), apakah ini bukti bahwa manusia adalah
makhluk tak sempurna dengan segala kekurangannya? Namun apakah kita harus
berhenti berfikir dan putus asa berimaginasi dengan konsekuensi yang
mengecewakan? (Pikirkan sejenak dan gunakan logika). “Jika tupai pun bisa jatuh
dari pohon apa lagi kita yang terlahir tanpa mengetaui apa bakat atau kelebihan
kita” tugas kita sebagai manusia adalah
untuk selalu berusaha membuat kehidupan yang lebih baik dari segi lahir maupun
batin hanya tergantung bagaimana cara kita untuk mencapai titik itu.
Banyak orang rasionalis memandang
sebelah mata mereka yang tidak mempunyai MASTER PLAN (Tindakan kongkrit untuk
menyambut masa depan) dalam hal ini dapat dikategorikan seperti: Anak jalanan,
Anak yang tidak melanjutkan pendidikan bahkan mereka pun masih berpandangan
yang sama kepada anak orang biasa yang melanjutkan penididkan sekalipun. Entah
kenapa logika harus segelap itu, tidak kah ada nasehat dari hati kecil sebelum
penilaian itu muncul dipermukaan? Secara tidak langsung mereka meragukan kuasa
Tuhan bahwa apa yang kita lihat benar tidak akan selalu benar baginya dan
begitu juga sebaliknya. Tuhan dengan segala keagungannya telah menciptakan
keseimbangan siklus atas apa yang dia ciptakan dengan keseimbangan yang tak
terbanyangkan oleh rasional kita Malam akan Pagi, Miskin akan Kaya, Bodoh akan
Pintar dan Hidup akan Mati. Tidakkah kita berfikir rasionalis bahwa Matahari
adalah benda mati, orang Miskin adalah benda hidup yang bisa berusaha dan orang
Bodoh adalah manusia yang masih berakal serta apa hubungan Hidup dan Mati
sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan? Mari kita rasionalkan dan
apa yang akan kita dapatkan adalah keterbatasan pengetahuan (^_^)
- II. HATI (KATA HATI)
Sebagai manusia biasa yang terlahir tanpa
suatu bakat khusus, kita hanya di persenjatai Pikiran dan Perasaan. Dipikirkan dalam pikiran dan di restui dengan
hati maka terciptalah suatu keputusan, keduanya seperti suatu kesatuan yang
tidak bisa di pisahkan. Einstein penah berkata “Logika dan Perasaan adalah
suatu bakat yang kita punya sejak lahir, namun kebanyakan dari kita melupakan
hati dan lebih menggunakan logika”. Itu kelihatan seperti sebuah ramalan masa
depan yang terbukti kebenarannya. Dalam kehidupan bersosial ini kita sering di
hadapkan dengan suatu permasalahan yang tuntutan penyelesaiannya harus instan
dan terbilang cepat. Munkin dari segi ini dimulai hilangnya unsur keterlibatan
kata hati dalam pengambilan suatu keputusan. Sementara yang kita tahu tuntutan dalam
mengunakan kata hati adalah kehati-hatian, kesabaran dan ketenangan. Dari sudut
ini kita dapat melihat bagaimana unsur keterlibatan kata hati dalam
penyelesaian suatu permasalahan berangsur-angsur pudar dan bahkan hilang
meskipun kita memahami bahwa hati kita lah organ yang paling vital akan
rangsangan kasar maupun halus. Para sastrawan mengatakan bahwa hati adalah
tuhan yang ada di diri kita, karena terkadang hati dapat memberitahukan kita
peringatan dini akan apa yang akan terjadi dan apa yang seharusnya kita lakukan
atau tinggalkan. Terkadang suatu hal yang diterima logika kita tidak selalu di
restui oleh hati kita itulah yang sering terjadi dalam suatu pengambilan
tindakan maupun suatu keputusan. Ini semua tidak lepas dari rahmat tuhan kepada
makhluk ciptaannya yang selalu nya diberi penerangan ataupun petunjuk agar kita
tidak berada dalam garis yang salah dan keluar dari norma-norma yang telah
ditetapkan. Hati adalah satu-satunya jalan penghubung antara manusia dengan
pencipta nya begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan:
Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendirian tentunya kita butuh bantuan & keberadaan orang lain, dan begitu
juga sebagai manusia yang tidak sempurna
dan lemah kita membutuhkan tuhan disetiap ruang di diri kita karena tuhan
menciptakan kita dengan sebuah alasan dan seharusnya kita juga memberinya
alasan mengapa kita di ingat oleh nya. Logika dan kata hati bagaikan pedal dan
rantai mereka saling membutuhkan satu sama lain untuk berjalan dan menjaga
keseimbangan. Dan keduanya membutuhkan penggerak yaitu Tuhan sang pencipta dari kedua unusur yang saling bertolak belakang.
Comments
Post a Comment